Hari ini tepat dua bulan mereka menikah. Masa-masa bulan
madu. Mereka merasa beruntung dapat segera membeli rumah dan mobil.
Sekarang Alif kerja di perusahaan ayahnya, dengan harapan akan menjadi pewaris perusahaan tersebut. Walaupun begitu, dia tetap memulainya dari bawah. Afi bekerja di rumah sakit Fatmawati, di bagian medical record. Mereka selalu sibuk.
Setiap hari, Afi bangun jam 4pagi. Menyiapkan air panas untuk suaminya mandi, lalu mereka sholat subuh berjamaah. Mereka tidak pernah meninggalkan sarapan bersama.
Jam 6 mereka berangkat, Alif mengantar Afi ke rumah sakit. Selain sarapan, mereka tidak pernah absen mengatakan kata ajaib di setiap kali bertemu atau berpisah, "I love you." Mungkin bagi orang lain hal ini memalukan, tapi hal ini menjadi obat dari rasa insecure Afi.
Afi memang sensitif. Dia adalah pemikir keras. Pikirannya menjadi liar saat khawatir. Alif sangat memahami hal ini, mereka berjanji untuk mengatakan perasaan sayang mereka setiap bertemu.
Tahun ini Afi berusia 23 tahun. Afi tidak bisa mengelak bahwa ia ingin punya anak.
'Akan sangat menyenangkan jika di rumah kami yang masih lapang ini bergema tangisan bayi yang menggemaskan,’ pikir afi.
Alif bilang, afi harus sabar. Mungkin belum waktunya. Yah, mereka juga baru empat bulan menikah.
-makan malam-
"Gimana kerjaan hari ini, sayang?", kata alif memulai pembicaraan”
"Lancar aja. Pasiennya hari ini lumayan banyak. Kamu gimana di kantor?”
"Aku bisa langsung jemput kamu itu udah lucky bgt, kann?”, dia merekahkan senyum di wajahnya.
"Iya", jawab afi sambil mengaduk-aduk makanannya.
Menyadarinya, Alif pun bertanya,
"Kamu kenapa? Kok ngelamun?
"Gapapa”
"Jangan bohong, bilang ajaa, ada apa?”
"Mmm, aku cuma mikir... Aku mau punya anak.”
Alif menghentikan tangannya yang hendak menyuap,
Sekarang Alif kerja di perusahaan ayahnya, dengan harapan akan menjadi pewaris perusahaan tersebut. Walaupun begitu, dia tetap memulainya dari bawah. Afi bekerja di rumah sakit Fatmawati, di bagian medical record. Mereka selalu sibuk.
Setiap hari, Afi bangun jam 4pagi. Menyiapkan air panas untuk suaminya mandi, lalu mereka sholat subuh berjamaah. Mereka tidak pernah meninggalkan sarapan bersama.
Jam 6 mereka berangkat, Alif mengantar Afi ke rumah sakit. Selain sarapan, mereka tidak pernah absen mengatakan kata ajaib di setiap kali bertemu atau berpisah, "I love you." Mungkin bagi orang lain hal ini memalukan, tapi hal ini menjadi obat dari rasa insecure Afi.
Afi memang sensitif. Dia adalah pemikir keras. Pikirannya menjadi liar saat khawatir. Alif sangat memahami hal ini, mereka berjanji untuk mengatakan perasaan sayang mereka setiap bertemu.
Tahun ini Afi berusia 23 tahun. Afi tidak bisa mengelak bahwa ia ingin punya anak.
'Akan sangat menyenangkan jika di rumah kami yang masih lapang ini bergema tangisan bayi yang menggemaskan,’ pikir afi.
Alif bilang, afi harus sabar. Mungkin belum waktunya. Yah, mereka juga baru empat bulan menikah.
-makan malam-
"Gimana kerjaan hari ini, sayang?", kata alif memulai pembicaraan”
"Lancar aja. Pasiennya hari ini lumayan banyak. Kamu gimana di kantor?”
"Aku bisa langsung jemput kamu itu udah lucky bgt, kann?”, dia merekahkan senyum di wajahnya.
"Iya", jawab afi sambil mengaduk-aduk makanannya.
Menyadarinya, Alif pun bertanya,
"Kamu kenapa? Kok ngelamun?
"Gapapa”
"Jangan bohong, bilang ajaa, ada apa?”
"Mmm, aku cuma mikir... Aku mau punya anak.”
Alif menghentikan tangannya yang hendak menyuap,
"Aku juga mau punya anak, sayang. Tapi kita kan juga
berusaha gak diem aja.”
"Tapi kenapa belum juga? Aku iri liat temen-temen aku. Mereka sekarang fokus ngerawat anaknya, udah gak kerja lagi.
"Kamu mau berenti kerja?”
"Kalo aku berenti untuk ngurus anak, aku mau.”
"Terus?” Alif mengernyitkan dahinya.
"Iya kan belum punya anak. Nanti aku di rumah sendirian nunggu kamu pulang.
"Yaudah kamu sabar ya.. Apa kamu mau...", Alif menyeringai.
"Apa?”
"Engga.
"Yaudah kamu istirahat ya, kamu jaga kesehatan juga, biar cepet dikasih dede bayi di perut kamuu..”
Afi tersipu dengan ucapan Alif. 'manis juga', gumam Afi.
"Kamu bilang apa?”
"Engga, yaudah. Abis isya aku mau belanja. Temenin ya.”
"Siap, dimengerti.”
Setelah makan, Afi mencuci piring mereka dan mereka pun bergegas sholat isya berjamaah. Lalu mereka pun pergi ke supermarket untuk belanja.
Saat menuju ke toko bahan makanan, mereka melewati toko perlengkapan bayi. Tanpa sadar, Afi berhenti dan memaku sambil menatap pakaian-pakaian bayi yang ditampilkan dengan boneka beruang sebagai mannequin.
"Sayang?", Alif mengembalikan kesadarannya.
"Ya? Apa?”
"Kamu kenapa? Mau liat ke dalem?”
"Gapapa?”
"Kamu mau beli juga gapapa, kok. Yuk."
Mereka pun melihat-lihat perlengkapan bayi itu. Tiba-tiba.. *tes* Air mata afi menetes.
"Kok kamu nangis? Kenapa sayang? Sini-sini." Alif menyeka air mata afi, lalu alif mengecup kening Afi.
"Aku gapapa. Cuma mikir aja, kalo anak kita pake kaos kaki ini pasti lucu banget.”
"Yaudah kita beli aja, biar kamu inget terus buat jaga kesehatan, demi anak kita, demi kamu juga calon ibunya."
Afi memeluk Alif, sambil mengepal kaos kaki bayi rajutan wol halus coklat itu dengan erat.
Setelah membeli kaos kaki bayi, mereka pun melanjutkan niat mereka berbelanja. Afi memborong semua produk untuk program hamil, mulai dari vitamin dan suplemen hingga susu penunjang kehamilan. Dia juga membeli buah dan sayuran yang dipercaya menambah kesuburan.
Sampai di rumah, dia meletakkan kaos kaki kecil itu di meja sebelah ranjangnya.
"Cepatlah hadir, di antara ayah dan ibu, nak. Kami menunggumu dengan sabar," gumam afi sambil mengecup kaos kaki kecil itu.
Afi's pov
Aku bahagia. Aku bersyukur menikah dengan orang yang kucintai dan mencintaiku sepenuh hatinya.
*elus perut*
Hari ini liburan aku dan Alif dimulai. Aku berdoa agar usaha kami kali ini berhasil. Kami sangat menantikan tangisan bayi yang lucu di kediaman yang sepi ini. Tanpa sadar semua pikiran itu membuat ku terlelap.
"Sayang? Eh, kamu lagi tidur. Maaf ya, jadi kebangun. Ini delivery nya udah nyampe. Kamu mau eskrim dulu? Sambil nunggu aku bikin jus. Ini aku juga udah beli kaset horor yang baru.”
Dia berjalan ke arah dvd dan memutarnya.
"Kamu nonton dulu aku bikin jusnya.”
"Aku nunggu kamu aja.”
"Yaudah, aku gak lama kok.”
5menit kemudian -
"Nih, aku udah buatin. Ini kripiknya. Aku gak beliin yang pedes karena, aku sayang kamuu..
Dia membuat simbol hati dengan kedua tangannya ke atas kepala. Manis.
*tepuk kasur*
"Sini, aku mau nontonnya sambil dipeluk kamuu.”
"Tapi kenapa belum juga? Aku iri liat temen-temen aku. Mereka sekarang fokus ngerawat anaknya, udah gak kerja lagi.
"Kamu mau berenti kerja?”
"Kalo aku berenti untuk ngurus anak, aku mau.”
"Terus?” Alif mengernyitkan dahinya.
"Iya kan belum punya anak. Nanti aku di rumah sendirian nunggu kamu pulang.
"Yaudah kamu sabar ya.. Apa kamu mau...", Alif menyeringai.
"Apa?”
"Engga.
"Yaudah kamu istirahat ya, kamu jaga kesehatan juga, biar cepet dikasih dede bayi di perut kamuu..”
Afi tersipu dengan ucapan Alif. 'manis juga', gumam Afi.
"Kamu bilang apa?”
"Engga, yaudah. Abis isya aku mau belanja. Temenin ya.”
"Siap, dimengerti.”
Setelah makan, Afi mencuci piring mereka dan mereka pun bergegas sholat isya berjamaah. Lalu mereka pun pergi ke supermarket untuk belanja.
Saat menuju ke toko bahan makanan, mereka melewati toko perlengkapan bayi. Tanpa sadar, Afi berhenti dan memaku sambil menatap pakaian-pakaian bayi yang ditampilkan dengan boneka beruang sebagai mannequin.
"Sayang?", Alif mengembalikan kesadarannya.
"Ya? Apa?”
"Kamu kenapa? Mau liat ke dalem?”
"Gapapa?”
"Kamu mau beli juga gapapa, kok. Yuk."
Mereka pun melihat-lihat perlengkapan bayi itu. Tiba-tiba.. *tes* Air mata afi menetes.
"Kok kamu nangis? Kenapa sayang? Sini-sini." Alif menyeka air mata afi, lalu alif mengecup kening Afi.
"Aku gapapa. Cuma mikir aja, kalo anak kita pake kaos kaki ini pasti lucu banget.”
"Yaudah kita beli aja, biar kamu inget terus buat jaga kesehatan, demi anak kita, demi kamu juga calon ibunya."
Afi memeluk Alif, sambil mengepal kaos kaki bayi rajutan wol halus coklat itu dengan erat.
Setelah membeli kaos kaki bayi, mereka pun melanjutkan niat mereka berbelanja. Afi memborong semua produk untuk program hamil, mulai dari vitamin dan suplemen hingga susu penunjang kehamilan. Dia juga membeli buah dan sayuran yang dipercaya menambah kesuburan.
Sampai di rumah, dia meletakkan kaos kaki kecil itu di meja sebelah ranjangnya.
"Cepatlah hadir, di antara ayah dan ibu, nak. Kami menunggumu dengan sabar," gumam afi sambil mengecup kaos kaki kecil itu.
Afi's pov
Aku bahagia. Aku bersyukur menikah dengan orang yang kucintai dan mencintaiku sepenuh hatinya.
*elus perut*
Hari ini liburan aku dan Alif dimulai. Aku berdoa agar usaha kami kali ini berhasil. Kami sangat menantikan tangisan bayi yang lucu di kediaman yang sepi ini. Tanpa sadar semua pikiran itu membuat ku terlelap.
"Sayang? Eh, kamu lagi tidur. Maaf ya, jadi kebangun. Ini delivery nya udah nyampe. Kamu mau eskrim dulu? Sambil nunggu aku bikin jus. Ini aku juga udah beli kaset horor yang baru.”
Dia berjalan ke arah dvd dan memutarnya.
"Kamu nonton dulu aku bikin jusnya.”
"Aku nunggu kamu aja.”
"Yaudah, aku gak lama kok.”
5menit kemudian -
"Nih, aku udah buatin. Ini kripiknya. Aku gak beliin yang pedes karena, aku sayang kamuu..
Dia membuat simbol hati dengan kedua tangannya ke atas kepala. Manis.
*tepuk kasur*
"Sini, aku mau nontonnya sambil dipeluk kamuu.”
"Tapi aku mau nyuapin kamuu. Makan dulu yaa abis itu baru tiduran.
"Iyaudah.”
"Bilang 'aaah'.”
"Kamu gak makan?”
"Nanti kamu suapin aku. Sekarang abisin dulu, ya?”
Dia pun menyuapiku hingga makanan itu lenyap dari wadahnya.
"Oke, udah abis. Sekarang jusnya minum dulu.”
"Udah kenyang, siap tidur lagi, nih.”
"Gapapa, kita tidur seharianJ”
-2 bulan kemudian-
"Yangg,”
"Tumben, kamu manggil aku gitu.”
"Aku kok pusing ya, mual juga.”
"Kamu masuk angin? Sini aku pijitin. Pake minyak angin mau gak?”
"Nanti tambah mual, gamau.”
"Yaudah, sini sini.”
"Hmmp! *nahan muntah* anterin aku ke kamar mandi.”
"Sini, kamu pegangan", dia menggendongku dengan bridal style
"Haid kamu telat gak?”
"Ha?”
"Haid kamu, telat gak?”
"Oke, udah abis. Sekarang jusnya minum dulu.”
"Udah kenyang, siap tidur lagi, nih.”
"Gapapa, kita tidur seharianJ”
-2 bulan kemudian-
"Yangg,”
"Tumben, kamu manggil aku gitu.”
"Aku kok pusing ya, mual juga.”
"Kamu masuk angin? Sini aku pijitin. Pake minyak angin mau gak?”
"Nanti tambah mual, gamau.”
"Yaudah, sini sini.”
"Hmmp! *nahan muntah* anterin aku ke kamar mandi.”
"Sini, kamu pegangan", dia menggendongku dengan bridal style
"Haid kamu telat gak?”
"Ha?”
"Haid kamu, telat gak?”
"Aku gak inget. Coba kamu ambilin kalender.”
"Nih, aku gapaham bacanya.”
"Oiya harusnya 3minggu yang lalu..
"Aaahhhhhhhh", tiba-tiba Alif memelukku dengan erat.
"Apaan, sih?”
"Masa kamu gak ngertiii, katanya orang medical record.”
"Apaan emangnyaa?
"Kamu hamil.”
"Ah masa sihhh. Jangan kek gitu, *tiba tiba nangis* kalo gak hamil aku patah hati.”
"Yaudah sekarang kita ke dokter aja ya, buat mastiin”
-setelah dapat hasil lab-
"Udah siap belum bacanya?”
"Yaudah kamu yang baca aja.” ‘aku masih belum siap,’ batinku.
"Yaudah aku duluan, ya?”
*buka map*
"Gak hamil ya? Tuh kan, kamu... Aku bilang juga apa jangan kek gitu kan aku jad-“
*hap* Alif membekap mulutku.
"Ih kamu cerewet banget. Aku
mau kasih surprise malah kamu marah-marahhh. Kamu hamil sayangggg.”
"Beneran?”
"Iya ni aku bacain, 'berdasarkan hasil tes urin atas nama afifah dinyatakan hamil’.”
"Alhamdulillahhh sayang, aku hamil akhirnyaaaa *peluk*
"Hal yang pertama harus kamu lakuin kamu tau kan apa?
"Apaa?
"Masa kamu lupa sama omongan kamu sendiri?
"Aku kan ngomul*, aku lupa laahh yg mana.”
"Emang sih, haha.”
"Yeh, malah ngeledek.”
"Kamu bilang mau berenti kerja. Aku emang dari dulu pengennya kamu di rumah ajaa tp kamu gamau kan katanya sendirian. Sekarang kamu harus tanggungjawab sama omongan kamuuu.”
"Iya, yaudah aku resign secepetnya”
"Kita ke rumah ibu kamu, yuk? Abis itu ke rumah mama aku.”
"Sekarang?”
"Iya, mumpung masih pagi biar gak macet.”
"Yaudah.”
"Beneran?”
"Iya ni aku bacain, 'berdasarkan hasil tes urin atas nama afifah dinyatakan hamil’.”
"Alhamdulillahhh sayang, aku hamil akhirnyaaaa *peluk*
"Hal yang pertama harus kamu lakuin kamu tau kan apa?
"Apaa?
"Masa kamu lupa sama omongan kamu sendiri?
"Aku kan ngomul*, aku lupa laahh yg mana.”
"Emang sih, haha.”
"Yeh, malah ngeledek.”
"Kamu bilang mau berenti kerja. Aku emang dari dulu pengennya kamu di rumah ajaa tp kamu gamau kan katanya sendirian. Sekarang kamu harus tanggungjawab sama omongan kamuuu.”
"Iya, yaudah aku resign secepetnya”
"Kita ke rumah ibu kamu, yuk? Abis itu ke rumah mama aku.”
"Sekarang?”
"Iya, mumpung masih pagi biar gak macet.”
"Yaudah.”
-di rumah ibunya Afi-
"Kamu mau minum apa?
"Udah ibu duduk aja, ntar aku ambil sendiri.”
"Katanya ada yang mau diomongin. Serius amat.”
"Iya.” *ngasih amplop*
"Ini apaan? Kalian mau cerai?
"Astagfirullah bu, engga mungkin saya mau cerain Afi.”
"Terus apaan?”
"Ibu buka dulu”
*baca*
"Kamu hamil?”
"Iya.”
*krik krik*
"Yaudah.”
"Polos bgt bu jawabannya.”
"Yaudahh, ibu doain anak kamu sehat terus sampe gede. Kamu juga harus jaga kesehatan.
"Iya, terus bu.. Adek mau berenti kerja.”
"Loh kenapa?”
"Gapapa, adek mau fokus urus anak aja. Boleh gak bu?”
"Yaudah terserah kamu kan kamu yang kerja.”
"Yaudah makasih ya buu. Adek mau tinggal disini seminggu boleh gak?”
"Lah kamu blg sm suami kamu lah, itu dia knp diem aja?”
"Ah, boleh kok, fi. Nanti klo pulang kerja aku kesini.”
"Kamu juga nginep disini aja, Lif.”
"Iya bu.”
"Lif, katanya mau ke rumah mama kamu?”
"Oh iya, kita pamit dulu ya bu, mau ngasih kabar baik ini ke mama juga.”
"Iyaudah gih, ati-ati di jalan.”
"Salamin raisa sm ayah ya, buu
-di jalan-
"Hah..”
"Kamu lega?”
"Iya, kirain aku gabakal boleh berenti kerja. Kan ibu juga wanita karir.”
"Yaudah sekarang satu kunjungan lagi abis itu kita pulang. Kamu kan harus istirahat.”
Setelah mengunjungi rumah mertuaku, kami pulang. Sesuai perkiraanku, ibu mertuaku banyak menyarankan panganan tradisional dan minuman-minuman herbal yang diyakini bisa menjaga kesehatan aku dan jabang bayiku. Sedangkan ibuku, cukup bertentangan. Ibu menyarankan untuk mengonsumsi banyak pil vitamin dan suplemen. Yah, ibuku memang seorang perawat jadi memiliki cukup banyak pengetahuan medis.
Hari itu pun berakhir dengan sangat menyenangkan hingga aku sulit tertidur.
A/N :
Holaa! Udah lama gak update, lol.
Gue mau ngasih tau maksud dari kata ngomul
yang ada di atas. Jadi, di kelas gue tuh, kalo ada orang yang bawel
disebutnya ngomul, maksudnya ngomong mulu, haha. So, ini sebenernya hampir sama
kek yang asli, gue cuma sunting penulisannya aja, since ive been too long in hiatus. Maafkan segala kesalahan
penulisan J anyway, gue bakal lanjutin penulisan
fanfic ini, dan akan recycle dua chapter sebelumnya. Gue juga gak terlalu
pinter dalam penulisan sudut pandang orang pertama jadi maaf kalo kurang bagus.
Makasih udah baca^^